Senin, 01 September 2008

Waspadai Perubahan BAB

Seorang ibu muda kebingungan dengan kebiasaan buang air besarnya yang berubah sejak sebulan yang lalu. Biasanya ia buang air besar (BAB) satu hari sekali, sejak sebulan lalu berubah menjadi tiga hari sekali. Pada hari kedua, perut ibu muda itu mulai membesar karena kotoron sisa makanan dalam usus besarnya tidak mau keluar.
Tidak ada tanda-tanda rasa sakit berlebih yang dirasakan ibu muda ini, kecuali ada perubahan baik jangka waktu buang air bentuk kotorannya. Apa yang sebenarnya terjadi?
"Kalau sudah ada perubahan aktivitas buang air besar, juga warna dan bentuknya, sebaiknya segera periksa ke dokter, karena ada kemungkinan usus terkena bakteri. Mungkin saja itu gejala awal dari kanker kolerektal," kata dokter Adil Pasaribu, dokter spesialis bedah kanker di Rumah Sakit Dharmais di sela-sela peluncuran Yogurt Activia dari Danone, baru-baru ini.
Perubahan yang tidak segera ditangani bisa menimbulkan penyakit yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kanker kolerektal atau kanker usus besar. Sayangnya, masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak menyadari hal tersebut. Bahkan saat terjadi perubahan pada aktivitas buang air besar, masih ada yang mencari solusi dengan mengonsumsi obat tradisional.
Begitulah. Pencernaan seringkali terabaikan. Padahal pencernaan merupakan bagian dari organ tubuh yang membutuhkan perhatian. Baik buruknya kondisi pencernaan bisa menunjukkan kondisi kesehatan seseorang. Konsumsi makanan yang tidak sehat, gaya hidup seseorang, bisa terlihat dari kesehatan pencernaan.
Pencernaan yang baik bisa dideteksi dari jenis kotoran yang dikeluarkan, juga jangka waktu mengeluarkan kotoran. Sistem pembuangan dalam tubuh manusia terjadi antara 42 hingga 72 jam. Jangka waktu pembuangan setiap orang berbeda-beda, tergantung jenis makanan yang dikonsumsi.

Bentuk usus
Normalnya, buang air besar bisa dilakukan setiap hari atau dua kali sehari. Bila kebiasaan itu berubah dalam jangka waktu yang cukup lama, maka perlu melakukan pemeriksaan dini ke dokter. Karena salah satu gejala seseorang menderita kanker kolerektal adalah adanya perubahan BAB, selain adanya perubahan pada warna kotorannya.
Kotoran yang normal dan baik adalah yang berwarna kuning kehijauan dan berbentuk seperti pipa serta lunak. Bila cair atau keras, dan bentuknya tidak normal, perlu segera dilakukan pemeriksaan.
"Apalagi bila bentuknya seperti kotoran kambing yang keras dan bulat. Itu menunjukkan bahwa sudah timbul benjolan kanker. Secara logika, usus itu bentuknya bulat dan panjang seperti pipa. Bila kotoran yang keluar tidak seperti bentuk usus, maka telah terjadi sesuatu pada usus tersebut," papar Adil Pasaribu.
Untuk menjaga agar pencernaan dalam keadaan yang normal, perlu menerapkan gaya hidup yang sehat. Selain itu juga mengonsumsi makanan sehat dan berserat. (wik)

Semakin Muda
Usia penderita kanker kolerektal atau kanker usus besar cenderung semakin muda setiap tahunnya. Meski di Indonesia tidak ada data yang pasti mengenai angka penderita kanker kolerektal, tetapi jumlahnya terus meningkat dan usianya semakin muda.
Bila 10-20 tahun yang lalu, kebanyakan penderita kanker kolerektal berusia di atas 50 tahun, kini tak sedikit penderita yang berusia di bawah 40 tahun. Bahkan pasien termuda dokter Adil Pasaribu berusia 16 tahun.
"Hingga saat ini belum ada hasil penelitian yang pasti mengenai penyebab kanker korelektal. Tetapi, dari pasien-pasien yang datang ke rumah sakit Dharmais, penyebabnya beragam. Ada yang karena makanan, gaya hidup, atau keturunan," ungkap Adil. Namun, penyebab yang paling banyak karena gaya hidup dan konsumsi makanan. Untuk faktor keturunan jumlahnya lebih sedikit.
Penderita kanker kolerektal bisa disembuhkan bila segera ditangani sejak dini atau stadium awal. Sayangnya, 70 persen penderita memeriksakan diri ke rumah sakit saat sudah berada pada stadium lanjut. Hal ini disebabkan rendahnya tingkat edukasi masyarakat.
Pada tahun 2002 lebih dari setengah juta orang meninggal karena kanker kolorektal. Di Eropa, kanker kolerektal menempati urutan kedua sebagai kanker yang paling sering terjadi pada pria dan wanita. (wik)

Apa Itu Kanker Kolerektal?
Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala apa pun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar. (wik)

Mencegah Terjadinya Kanker Kolerektal:
1. Mengonsumsi makanan berserat seperti sayur dan buah-buahan, kacang-kacangan (lima porsi setiap hari), dalam jumlah yang cukup.
2. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi, terutama yang terdapat pada daging hewan.
3. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut dapat memicu sel karsinogen/sel kanker.
4. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
5. Berolahraga secara teratur.

Ciri Pencernaan yang Sehat
1. Kotoran yang keluar lunak dan berbentuk pipa
2. Warna kotoran hijau kekuningan
3. Jangka waktu buang air besar stabil sesuai kebiasaan

Faktor Risiko
Penyebab pasti kanker kolorektal masih belum diketahui, tetapi kemungkinan besar disebabkan oleh:
- Cara diet yang salah (asupan makanan yang tinggi lemak dan protein, rendah serat)
- Obesitas/kegemukan
- Pernah terkena kanker kolerektal sebelumnya
- Sejarah keluarga dengan kanker kolerektal
- Pernah memiliki polip di usus
- Umur (risiko meningkat pada usia di atas 50 tahun)
- Jarang melakukan aktivitas fisik

Gejala
- Pendarahan pada usus besar, ditandai dengan ditemukannya darah pada feses saat buang air besar
- Perubahan pada fungsi usus (diare atau sembelit) tanpa sebab yang jelas, berlangsung lebih dari enam minggu
- Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
- Rasa sakit di perut atau bagian belakang
- Perut masih terasa penuh meskipun sudah buang air besar

Diterbitkan, 2 Maret 2008

Tidak ada komentar: