Kamis, 29 Januari 2009

Boleh Saja Tampil Beda


> Kreativitas

    Tampil beda sering menjadi bahan pembicaraan, bahkan dianggap aneh. Padahal tampil beda tidak selalu bermakna negatif.  Hal itu bisa menjadi salah satu wujud kreativitas seseorang untuk menunjukkan jati dirinya. Tak tertutup kemungkinan, semakin tinggi kreativitasnya, semakin besar rasa percaya diri yang dimiliki seseorang.
    Jika rasa percaya diri sudah timbul, keberanian untuk melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan dan bakatnya, muncul secara otomatis. Sayangnya, rasa percaya diri ini berbanding lurus dengan karakter atau budaya suatu masyarakat. Hal ini terlihat pada budaya yang dimiliki bangsa Indonesia. Rendahnya kreativitas masyarakat Indonesia tidak lepas dari karakter dan budaya yang selama ini dipegang turun-temurun. 
    Contohnya ketentuan menggunakan seragam di sekolah-sekolah. Aturan yang sebenarnya baik ini kadangkala punya ekses lain, yakni menjadi pemicu dari munculnya upaya lingkungan sekolah menekan kreativitas seseorang. Misalnya, seorang anak menggunakan baju yang diberi sedikit pernik-pernik agar terlihat berbeda, mungkin akan mendapat sindiran atau ejekan yang kurang menyenangkan di sekolah.
    ”Mereka sudah ingin tampil beda dalam penampilannya, tetapi di jalan mereka mendapat sindiran. Atau di sekolah teman-temannya menertawakan dan mengejek. Akhirnya remaja ini menjadi minder,” kata Chitra Aziza Subiyakto, pakar kecantikan di sela-sela Beauty Class Kick-Off Press Confrence belum lama ini.
    Contoh lain, ada anak yang tengah belajar bahasa Inggris atau Perancis, kemudian mereka berbicara dalam bahasa asing di dalam bus. Tak jarang ada yang menyindir mereka bersikap sok atau sombong dengan menggunakan bahasa asing di angkutan umum. Padahal justru karena anak itu percaya diri, maka ia berani mempraktikkan bahasa asing di luar kelasnya.
    Sindiran itu pada akhirnya bisa menekan rasa percaya diri anak. Pada akhirnya, keberanian itu hilang dan kesempatan untuk bisa menguasai bahasa asing lenyap. Padahal, kemampuan menggunakan bahasa asing merupakan salah satu modal besar untuk bisa bersaing di kancah internasional.
    Hal-hal seperti inilah yang masih sering muncul dalam masyarakat Indonesia. Meski kini sudah mulai banyak perubahan dan perkembangan pola pikir masyarakat yang menunjukkan ke arah lebih positif. ”Oleh karena itu perlu sekali memberikan wadah yang baik bagi para remaja untuk membantunya membuka wawasan dan rasa percaya diri,” ujar Chitra.

Dituntun
    Untuk bisa membangun masyarakat yang penuh dengan daya kreativitas, perlu memupuk rasa percaya diri seseorang sejak remaja. Di masa itulah upaya pencarian jati diri berproses. ”Proses mencari jati diri sangat indah dan perlu dialami setiap remaja sehingga mereka benar-benar mengetahui jati dirinya,” kata Chitra.
    Oleh karena itu remaja yang secara positif ingin tampil beda, baik dari penampilan busana maupun karakternya, perlu difasilitasi sehingga ke depannya mampu menunjukkan prestasi. ”Remaja perlu dituntun, karena masih banyak yang belum tahu ke mana mereka mencari wadah untuk bisa menunjukkan kreativitasnya,” lanjut Chitra.
    Perlu sekali adanya wadah-wadah khusus yang membantu remaja menemukan dunianya dan berkreasi dengan bakat yang dimilikinya. Sayang sekali bila bakat yang seharusnya menjadi aset negara itu terpendam hanya karena tekanan lingkungan yang tidak menginginkan adanya kreativitas dan keinginan tampil beda. 
    Namun, tampil beda juga harus tetap mengikuti karakter masing-masing, bukan mengikuti karakter orang lain. Karakter ini akan meningkatkan kecantikan alaminya dan keunikan yang dimiliki seseorang. 

Berkerudung
    Salah satu penampilan yang berbeda adalah mengenakan kerudung, apalagi kerudung yang modis. Sesuai dengan ajaran agama, kini semakin banyak perempuan yang mengenakan kerudung. Memakai penutup bukan berarti ‘menghilangkan’ kecantikan seseorang.
    Bahkan ada yang terlihat lebih cantik tatkala menggunakan kerudung. Lihat saja artis cantik Inneke Koesherawati yang terlihat lebih anggun dan cantik setelah memutuskan menggunakan keru-dung. Atau Zaskia Adya Mecca yang makin memancarkan kecantikannya dengan jilbabnya. 
    Remaja sekarang pun sudah banyak yang menggunakan jilbab untuk menutup auratnya. Akan tetapi, tetap harus dilihat bagaimana memadukan busana yang sesuai dengan karakter masing-masing. ”Tidak perlu harus satu warna mulai dari kerudung sampai sepatu. Boleh berkreasi dengan memvariasikan warna yang sesuai,” ujar Chitra.
    Kadangkala, keberanian untuk memadukan warna busana masih menjadi masalah bagi beberapa orang, termasuk remaja. Kekhawatiran dianggap salah kostum menekan keinginan untuk tampil beda. 
    Untuk membantu mereka yang sulit memadukan warna, bisa dibawa ke galeri seni. ”Di sana mereka bisa melihat bagaimana paduan warna yang dianggap kontras membuat tampilan menjadi lebih menarik dan unik,” papar Chitra.
    Begitu pula dengan mereka yang mengenakan kerudung. Penggunaan busana dengan berbagai warna menarik mulai dari kerudung, atasan, kaus dalam panjang, celana atau rok panjang, hingga sepatu, bisa dikombinasikan berbagai motif dan warna sehingga penampilan menjadi lebih unik. (wik)

Publish: Sunday, 07 September 2008

Tidak ada komentar: