Kondisi ekonomi yang berat bisa menimbulkan beban. Stres akibat beban yang begitu berat menimbulkan masalah bagi banyak orang. Tetapi sebenarnya masalah itu bisa diatasi jika kita mau mencari solusinya. Pakar manajemen yang juga penulis buku asal Amerika Serikat, Stephen Covey, mengatakan bahwa bukan berat beban yang membuat kita stres, tetapi lamanya kita memikul beban tersebut.
Benar! Berat beban yang ditanggung mungkin saja sebenarnya sesuai dengan kemampuannya. Tetapi kadangkala orang tidak segera mencari solusinya. Justru yang terjadi, beban berat itu dibiarkan terus bertengger. Inilah yang menyebabkan banyak orang tidak mampu mengatasinya. Akibatnya, stres itu terus-menerus meneror diri seseorang tanpa bisa mengatasinya.
Contoh kecil, setiap pagi, sebagian besar pekerja mendapat beban berat jika hendak berangkat ke kantor. Pasalnya, hampir seluruh ruas jalan di Jakarta mengalami kemacetan, baik ringan maupun parah. Baik mereka yang menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum tentu merasa kesal dengan kemacetan yang terjadi. Kekesalan inilah yang sebenarnya merupakan bagian dari stres akibat macet.
Bila stres ini terus-menerus terjadi, bukan tidak mungkin akan menimbulkan beban dan terbawa ke dalam pekerjaan. Padahal, stres ini bisa dikelola dengan baik. Beban yang awalnya membuat stres, bisa diubah menjadi eustress yang hasilnya lebih positif.
Misalnya menghadapi kemacetan, banyak hal positif yang bisa dilakukan seperti mendengarkan musik kesukaan, siaran berita pagi, atau siraman rohani. Atau jika jalan dengan teman, bisa berdiskusi tentang hal-hal yang terjadi di pagi hari. Pengguna kendaraan umum bisa mendengarkan musik melalui MP3 player, walkman, atau membaca koran atau buku. Pengalihan pikiran kepada hal-hal yang sifatnya positif tentu akan membantu mengurangi beban.
”Kalau kita melihat keadaan yang tidak bisa diubah, maka carilah sesuatu yang bisa diubah. Ubah cara pikir kita dari yang negatif menjadi positif,” ujar spesialis kejiwaan, dokter Suryo Dharmono SpKJ, beberapa waktu lalu.
Pola pikir atau proses kognitif inilah yang menentukan apakah seseorang mampu untuk menyelesaikan atau justru menghindari masalah yang dihadapi. ”Situasai dan kondisi yang tidak menguntungkan dalam kehidupan sehari-hari janganlah selalu dianggap sebagai masalah yang harus dihadapi dalam kondisi tertekan (distress—Red) karena akan menurunkan kualitas hidup,” lanjut Suryo Dharmono.
Bila stres bisa dikelola dengan baik, maka hasilnya justru akan lebih baik. Misalnya, dalam pekerjaan ada target-target yang harus terpenuhi yang sudah pasti menimbulkan stres. Jika timbul beban dari upaya untuk mengejar target ini, maka hasilnya stres bertambah dan berkepanjangan. Akan tetapi jika beban akibat adanya target bisa dilakukan, maka hasilnya positif.
Depresi
Stres merupakan gejala utama dari depresi. Sering kali seseorang tidak menyadari bahwa ia berada pada tingkat stres yang tinggi secara terus-menerus hingga akhirnya terjerumus dalam depresi. Apalagi, gejala yang ditimbulkan sering kali dianggap penyakit medis.
”Data yang ada di puskesmas, sebanyak 20 persen pasien yang datang berobat mengeluhkan penyakit-penyakit seperti sakit pinggang, kepala dan lambung. Penyakit-penyakit ini sebenarnya bukan disebabkan oleh sakit fisik melainkan karena stres,” ungkap Suryo Dharmono.
Gejala lainnya adalah insomnia. ”Sulit tidur tidak lepas dari rasa stres yang tinggi sehingga membuat badan sulit untuk beristirahat karena pikiran terus terbebani,” jelasnya.
Jika sudah dalam kondisi yang berat seperti itu, stres telah masuk dalam tahap depresi. Langkah terbaik adalah berobat ke dokter. Ada beberapa terapi atau pengobatan yang bisa dilakukan untuk memulihkan depresi yaitu dengan farmakologi dan psikoterapi.
Pengobatan secara farmakoterapi merupakan terapi dengan penggunaan obat anti-depresan yang disesuaikan dengan kondisi pasien untuk membantu mood pasien secara kimiawi.
Sedangkan pengobatan psikoterapi membantu mengubah kognitif pasien dalam bentuk konseling di mana selain membahas pikiran dan perasaannya, pasien juga diajak untuk melihat dan mengetahui penyebab depresi yang dialaminya. Pasien juga belajar untuk mengindentifikasi masalah, mengubah persepsi dan perilaku negatif, mencari jalan keluar yang efektif untuk mengatasi masalah, dan menyusun kembali tujuan hidup yang realistis. Psikoterapi membantu membangun kembali rasa kebahagiaan yang mungkin untuk dicapai, mengatur kontrol diri dan mengurangi gejala depresi. (wik)
Strategi Atasi Stres
1. Perhatikan lingkungan sekitar.
2. Lihat sesuatu yang benar-benar dapat diubah atau dikendalikan dalam situasi tersebut.
3. Relaksasikan diri.
4. Meditasi dan latihan pernapasan untuk membantu menjernihkan pikiran yang mengganggu.
5. Jauhkan diri dari situasi yang menekan.
6. Beri kesempatan kepada diri sendiri untuk beristirahat biarpun hanya untuk beberapa saat setiap hari.
7. Tentukan tujuan yang realistis.
8. Kurangi jumlah kejadian yang terjadi dalam hidup agar dapat mengurangi beban yang berlebihan.
9. Jangan mempermasalahkan hal-hal yang sepele.
10. Prioritaskan beberapa hal yang benar-benar penting dan biarkan yang lainnya mengikuti.
11. Jangan membebani diri secara berlebihan.
12. Jangan cepat mengeluh.
13. Tangani setiap tugas sebagaimana mestinya atau tangani secara selektif dengan memperhatikan beberapa prioritas.
14. Ubah cara pandang.
15. Tidur secukupnya karena kurang istirahat hanya akan memperburuk stres. (wik)
Mencegah Stres
1. Lakukan kegiatan-kegiatan fisik misalnya jogging, tenis ataupun berkebun.
2. Tingkatkan ketahanan diri.
3. Coba menjadi orang yang berpikir positif.
(wik)
Apa Itu Stres?
Stres adalah suatu kondisi di mana keadaan tubuh terganggu karena tekanan psikologis. Biasanya stres bukan karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Akan tetapi karena pengaruh stres tersebut maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemah dan rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut.
Banyak hal yang bisa memicu stres muncul, seperti rasa khawatir, perasaan kesal, kecapekan, frustrasi, perasaan tertekan, kesedihan, pekerjaan yang berlebihan, pre menstrual syndrome (PMS), terlalu fokus pada suatu hal, perasaan bingung, berdukacita, dan juga rasa takut. Biasanya hal ini dapat diatasi dengan konsultasi kepada psikiater atau beristirahat total.
Gejala stres mencakup mental, sosial dan fisik seperti kelelahan, kehilangan atau meningkatnya nafsu makan, sakit kepala, sering menangis, sulit tidur dan tidur berlebihan. Keadaan lain yang menjadi penyebab stres adalah melepaskan diri dari alkohol, narkoba, atau perilaku kompulsif lainnya yang selama ini menjadi cara penghilang stres. Juga perasaan was-was, frustrasi, atau kelesuan.
Penyebab stres beragam. Stres terbesar pada remaja biasanya pencarian jati diri, hubungan dengan orangtua, pergaulan dengan teman, dan masalah prestasi sekolah. Sedang orang dewasa sering mengalami stres karena masalah hidup di kota, pekerjaan yang bersaing dan menuntut serta hubungan dalam keluarga.
Faktor lainnya yang juga berperan besar adalah lingkungan tempat tinggal dan bekerja. Pencemaran, kebisingan, kemacetan, lingkungan yang kumuh dan sampah di jalanan dapat menciptakan frustrasi pada masyarakat yang tinggal. Stres yang disebabkan oleh lingkungan macam ini dapat membangkitkan rasa marah dan agresi. (wik)
Publish: Sunday, 14 September 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar