Senin, 02 Februari 2009

Bayi Tabung, Alternatif Solusi


    Memiliki anak merupakan keinginan setiap pasangan yang menikah. Namun kadang ada banyak hal yang menyebabkan sulitnya memperoleh keturunan. Terkadang sudah beragam cara ditempuh pasangan suami-istri, tetapi buah hati yang diharapkan tidak nongol juga.
   Jalan keluar yang biasanya ditempuh adalah mengadopsi atau mengangkat anak. Hanya saja, bagi sebagian orang, tidak mudah membesarkan anak orang lain. Akhirnya solusi terakhir yang bisa dilakukan adalah dengan mengikuti program bayi tabung.
    Di Indonesia, program bayi tabung memang sudah diizinkan oleh pemerintah, meski masih banyak kontroversi mengenai masalah ini, terutama jika dilihat dari sudut agama. ”Kita saat ini tidak bermaksud untuk memasyarakatkan bayi tabung tetapi hanya sekadar ingin memberikan edukasi bahwa ada alternatif lain untuk memiliki anak yaitu dengan melakukan bayi tabung,” kata dokter Irsal Yan, spesialis obstetri dan ginekologi dari Universitas Indonesia, beberapa waktu lalu.
    Pilihan untuk melakukan bayi tabung memang biasanya ditempatkan sebagai pilihan terakhir. Program bayi tabung di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1987. Bayi tabung pertama di Indonesia kini sudah menjadi mahasiswa di sebuah universitas. 
    Sayangnya, program ini masih belum banyak diketahui dan dipahami masyarakat. Selain biaya yang masih mahal, dari sisi agama pun masih ada perdebatan. Edukasi masyarakat mengenai bayi tabung pun masih belum menyeluruh. 
    Bayi tabung atau pembuahan in vitro (bahasa Inggris: in vitro fertilization) adalah sebuah teknik pembuahan dimana sel telur (ovum) dibuahi di luar tubuh wanita. Bayi tabung adalah salah satu metode untuk mengatasi masalah kesuburan ketika metode lainnya tidak berhasil. Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari ovarium, dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair.

Tidak menjamin
    Mengikuti program bayi tabung memang tidak menjamin seseorang bisa mendapatkan anak. Hal itu dikatakan oleh dokter Indra Anwar, spesialis obstetri dan ginekologi. ”Kita hanya membantu mempertemukan telur dan sperma di dalam laboratorium. Setelah itu kita suntikkan ke dalam rahim ibu. Nah, setelah itu, kita tidak bisa membantu karena proses menempelnya telur yang telah dibuahi ke dinding rahim tidak bisa kita lakukan,” ujar Indra Anwar.
    Sel telur yang telah dibuahi akan bergerak untuk melekat ke dinding rahim. Proses ini berlangsung selama 3-5 hari di awal trimester pertama. Proses melekatnya sel telur yang telah dibuahi inilah yang hingga detik ini belum bisa diketahui oleh manusia. Proses ini memang hanya Tuhan yang mengetahuinya.
    ”Kita belum tahu bagaimana proses itu terjadi sehingga bisa saja tidak terjadi pelekatan sel telur yang dibuahi ke dinding rahim. Saat itulah biasanya terjadinya kegagalan,” kata Indra.
Oleh sebab itu, ia menegaskan bahwa program bayi tabung tidak menjamin 100 persen pasutri akan memiliki bayi. Tetapi tidak sedikit pasutri yang berhasil memiliki anak dari program bayi tabung.
    Di Klinik Teratai, tingkat keberhasilan program bayi tabung mencapai angka 46 persen di atas rata-rata nasional yang hanya 30 persen. Kurang lebih sekitar 25 pasutri dari 60 pasutri yang melakukan program bayi tabung di Klinik Teratai memetik keberhasilan. 
    Biaya yang dibutuhkan untuk mengikuti program ini sebesar Rp 23 juta, hanya untuk proses pencampuran sperma dan telur. Untuk proses lainnya ada biaya tersendiri. Biaya tersebut tidak bisa dikembalikan apabila prosesnya tidak berhasil. Hal ini pula yang menyebabkan masih banyak pasutri yang tidak bersedia mengikuti program bayi tabung. (wik)

Publish:  24 Agustus 2008

Tidak ada komentar: