Pria berusia di atas 40 tahun dengan kepala botak sering dikaitkan dengan kemampuan finansial dan kemampuan seksualnya. Semakin botak kepala pria, semakin kaya dan jantan. Padahal, bisa jadi justru sebaliknya. Rambut rontok yang menyebabkan kebotakan pada pria adalah salah satu tanda adanya masalah dalam kehidupan seksualnya. Artinya, hormon testosteronnya terus menurun yang mengakibatkan rambut menjadi rontok.
Rambut rontok merupakan salah satu akibat dari penurunan kadar hormon testosteron dalam tubuh pria. Gejala lain bisa dilihat dari frekuensi hubungan seksual dengan istri yang semakin menurun. Meski di masyarakat penurunan frekuensi kegiatan seksual kadang dianggap hal yang lumrah mengingat usia yang terus bertambah, hal ini sebenarnya disebabkan adanya penurunan kadar hormon terstoteron dalam tubuh.
”Semakin tua, hubungan seks seharusnya menjadi lebih menarik dan baik. Karena mereka sudah sangat berpengalaman dan telah belajar bagaimana seks yang baik. Kalau frekuensi seks menurun, itu berarti masalah,” ujar pakar andrologi Nugroho Setiawan di sela-sela diskusi ‘Restore The Man’ pekan lalu.
Penurunan fungsi organ dan hormon di dalam tubuh manusia sebenarnya hal yang sangat lumrah dialami oleh semua orang begitu usia masuk kepala tiga. Tetapi, penurunan itu tidak boleh sampai di titik terendah karena akan menjadi masalah. Penurunan hormon pada pria dan wanita berbeda-beda.
Seluruh wanita mulai mengalami penurunan hormon estrogen ketika memasuki usia kepala empat yang ditandai dengan berhentinya datangnya haid. Sedangkan pada pria, penurunan hormon testosteron berbeda-beda. Ada yang mulai turun di usia kepala tiga, ada pula yang turun di usia kepala empat. Tetapi kebanyakan penurunan ini terjadi di usia kepala empat. Berarti disebabkan faktor usia.
Penurunan hormon testosteron pada pria disebabkan oleh banyak hal. Mulai dari faktor genetika sampai gaya hidup. Dari gaya hidup, faktor makanan dan kebiasaan menjadi penyebab utamanya. ”Yang penting, hidup itu seimbang, jangan berlebih. Makan makanan yang seimbang dan olahraga juga jangan yang berlebih karena itu semua bisa menjadi penyebab turunnya hormon testosteron,” papar dokter Nugroho.
Kadar normal hormon testosteron dalam tubuh manusia berkisar di angka 12 nmol/dl hingga 40 nmol/dl. Angka menurun seiring bertambahnya usia seseorang. Bila kadar testosteron sudah di bawah 12 nmol/dl, perlu menjalankan pengobatan untuk mengembalikan kadar testosteron ke angka normal. Atau membantu tubuh untuk menghasilkan kembali kadar testosteronnya.
Defisiensi
Sindrom penurunan testosteron atau disebut defisiensi merupakan keadaan di mana produksi testosteron dari testis tidak mencukupi. Ini akan menimbulkan gejala penurunan testosteron seperti kehilangan gairah dan fungsi seksual, kelelahan, konsentrasi buruk, penimbunan lemak, penurunan massa dan kekuatan otot serta depresi. Satu dari lima pria yang mengalami disfungsi ereksi pun mengalami defisiensi testosteron.
Kadar testosteron aktif menurun seiring dengan pertambahan umur, dimulai pada umur 40 tahun sebesar rata-rata 1,2 persen. Pada umur 70 tahun, seorang pria rata-rata kehilangan 53 persen kadar testosteron aktif.
Jika tidak diobati, sindrom penurunan testosteron akan sangat memengaruhi kualitas kehidupan seorang pria. Sindrom penurunan testosteron juga akan mengakibatkan depresi berat, osteoporosis, anemia dan sering dikaitkan dengan masalah kesehatan serius seperti sindrom metabolik.
Sindrom metabolik adalah kondisi medis yang ditandai oleh obesitas (kegemukan), gangguan kadar insulin, yang menyebabkan tidak normalnya kadar gula darah, tingginya kadar kolesterol dan hipertensi ringan. Hal ini akan berakibat pada diabetes dan jantung. (wik)
Sunday, 27 July 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar